Aku seperti biasa, menikmati secangkir kopi dan rokok. Aroma kopi dan kepulan asap rokok bergantian mengunjungi penciuman. “Sejujurnya, jarang kusadari hebatnya penciuman ini. Dan aku bersyukur”.
Aku bertemu dengan saudaraku yang selalu ku rindu. Ia inspiratif. Dengannya, selalu ada tema penting yang biasanya ku anggap biasa. Seperti biasa, bila berbincang dengannya, temannya tak menentu. Khayal seringkali menjadi topik yang menarikhati bagi kami...”memang inspiratif!”.
“kamu sedang apa, kok diam?”. Aku pertanyaannya. Ia bertanya tentang yang aku fikirkan.
“aku sedang mengingat-ingat persiapan yang diperlukan”.
“mau kemana, kamu?”.
“oiya...ikut, yu? Kerumah moyang! Ya?”.
Dia bertanya tentang keperluanku ke sana. Dan aku ceritakan kegelisahan ku terhadap keadaan Sang Moyang. Ragam kabar yang kuterima tentangnya. Sejak lama. Dari tidak tahu menjadi tahu, dan ku yakini. Kemudian kabar baru datang, dan aku menjadi ragu karenanya. Dari yakin menjadi ragu. Kemudian berusaha meyakinkan yang diantaranya. Dan, ragu lagi. “dan ku ajak kamu untuk mencari alasan supaya punya dasar atas keyakinanku nanti” lanjutku.
Sambil tersenyum. “aku pun begitu. Tapi ambil pusing saja. Bahkan tidak memikirkannya. Hanya saja aku tidak berusaha melupakannya. Aku sibuk perhatikan kini”.
Aku diam saja. Ia ceritakan kelelahannya menjalani hariannya. Ia jug a ceritakan caranya merehatnya. “dan beginilah aku” lanjutnya, sambil tetap tenang senyumnya.
“aku ingin dengan mu?”.
Kami saling memandang. “aku percaya kamu dapat membatu ku memahaminya. Setiap aku tanyai, dia cuma tersenyum. Setiap kali aku tanyai dia, lho! Aku pun heran jadinya. Bingung pula. Tapi gelagatnya tenang-tenang saja . Padahal kuceritakan kepadanya tentang ragamnya kabar tentang dia yang membingungkan orang awam seperti ku. Bukan aku saja yang muyeng”.
“lalu?”
“ku rasa, kamu dapat membantu ku memahaminya. Maka aku ajaki kamu berkunjung ke sana”.
Saudara ku palingkan wajahnya ke langit yang cerah. Kemudian meluaskan pandangan ke padang terbuka seolah jauh di sana ada gubuk uang hendak ku kunjungi.
“apalah aku ini. Kamu tahu, beginilah aku. Ceritakan, aku belum tahu kabar yang kamu terima! Dan kamu juga tahu, aku tak memikirkannya”.
“ada yang bilang, ia berbayang sebab Tuhan menjadikannya setelah para malakut berhasil mengumpulkan bahan-bahannya. Iblis pun turut andil dalam pengumpulan itu. Ada tanggapan tentang itu. Katanya, itu cuma kiasan. Sebenarnya semesta ini telah di cukupi oleh Tuhan supaya ia dapat berbayang. Dan porsesnya secara kimiawi...hhhhhhhhhhhh...”.
“Bahkan sebagian orang percaya, sangat percaya, bahwa ia cuma hasil evolusi”. Ia menyambungnya. Dan kami tertawa. Entahlah apa yang kami fahami perihal keterangan itu hingga kami tertawa.
Rada lama kami saling diam. Tanpa berpaling kepada ku, “kamu saja! aku menunggu saja di sini semampu ku” tiba-tiba. “malakut akan menyertai mu sambul tersenyum” ia menambahai.
Aku diam saja. Pikiran ku kacau. Ya mengeingat kabar-kabar yang pernah ku terima dan sedikit keterangan yang sempat ku baca...ya juga mendengarkan tanggapan dari saudari ku itu...ya juga...lelah nalarku...
(sambung lagi ga ya!?!?!)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar