Sabtu, 24 Juli 2010

Rumah Sakit Ku

Sejak Sabtu pagi, aku memang sudah menggigil. Kepala ku sakit beneran. Tenggorokan ini kalo batuk sakitnya sampai telinga dan dada. Mana ga punya duit. Sehari-semalam ga makan. Hem...aku pun heran, kok kuat! Liat rokok dan kopi sama aja ga nafsunya.

Minggu pagi HP berdering khas. "Pa!" ku dahului menyapa setelah menjawab salam. Ternyata Umi. Hihihi..kira bapak. Dari percakapan singkat itu lah, rada siangan Bapa yang telpon. "siap-siap aja! Kalo ga bada ashar, telatnya bada maghrib. Gimana demamnya, masih?...ya udah, jangan makan pedas sama buah-buahan dulu!"

Tersungging juga mendengar kabar "ntar sore si Aa njemput..."

Jemputan datang. Sesuai rencana Bapa, aku di paksa ke dokter. Tuing...sampai di Rumah Sakit Umum.

Baru kali ini aku peduli sekitaran RSU. "beneran sakit ini." Di pintu masuk berjejer pengantar orang sakit. Mereka keliatan lesu. Lantai yang ku pijak kotor berdebu. Entah apa namanya, aku menyebutnya Ranjang pengangkut orang, juga berdebu dan berkarat. Masuk ruang pemeriksaan, yang luas, yang juga kotor tor tor tor.... Sebelah kiri pintu berikutnya ada pencuci alat medis yang memang menyedihkan. Ku perhatikan lekat-lekat, "menjijikan juga."

Aku enggan berbaring di ranjang pemeriksaan. Tapi ga dikasih pilihan. Dokter muda, lumayan cantik, tegas nampaknya, mendekat tanpa senyum. Dia bertanya mana saja yang kerasa sakit. Aku jawab seperlunya. "demamnya naik turun ga?" ketus. "ga tau", ketus juga jawabku. "itu, perasaan kamu gimana?", tanyanya masih beremosi sama. "yang pasti, bu, siang malem pake selimut." (huh, boro-boro mikirin naek turunnya demam, makan aja ampir lupa. Muyeng banget).

Dokternya irit senyum, lantainya kotor, panjangnya juga berdebu, tirainya sama aja. Bener-bener Rumahnya orang-orang sakit dah. Sambil nunggu hasil diagnosa, tepat di depan ku ada meja keropos dengan carikan kertas-kertas dan penjaganya yang gagah meskipun perempuan. Baru tau itu tempat pembayaran setelah kerabat Ibu-ibu yang tergolek dengan infusan sejak sebelum aku datang di panggil untuk membayar.

Aku pulang dari situ. Sepanjang jalan ku ingat-ingat lagi ruangan itu. "lama-lama di sana, orang sehat pun bisa mendadak sakit." sambil mesem aku ingat tu dokter, "dia juga."

30 mei 2009 Subang

1 komentar:

aisya mengatakan...

hmm..