Selasa, 25 Agustus 2009

EMBUN TEBAL

Sebentar lagi pejalan akan nyengir sambil memicingkan mata. Kalau tidak nyengir ya sediki menyon mulutnya imbangi matahari. Atau mencari keteduhan, atau bahkan bersembunyi dari terik hari. Itu masih untung, matahari cuma seperti hendak membakar, tidak samapai membikin kepala berasap. Ternyata, semesta menuruti si Manusia. Semakin perkasa manusia, semaki gagah pula si Matahari.

Sebentar lagi. Tak cuma panas siang yang menggoncangkan badan. Lapar yang sakral akan datang. Di televisi, radio, koran, dan jejaring onlen juga, telah riuh menyambut sang Romaghon. Entah syukur itu karena Romadhon punyai nilai yang hakiki atau entah karena setumpuk keuntungan materi akan diraih nanti. Entah bagiku.

Benar-benar luarbiasa Romadhon. Tak cuma si Muslim, semua golongan meraup keuntungan darinya. Karena, biasanya, sesiangan berlapar-lapar, selepas maghrib nampak berpesta. Bahkan untuk sahur pun telah dipersiapkan dengan beragam cara. Jadi ada yang pantas mengerankanku. Meskipun sesiangan cuma mata yang menikmati makanan dan minuman, tapi pengeluaran sama saja. Bahkan nampak lebih boros di bulan Romadhon. Mungkin aku saja yang heran. Atau malah aku yang mengherankan!

Sebentar lagi. Bahkan jauh sebelumnya, telah ditebak-tebak, sepanas ini tentu akan bertambah yang tak kuat menahan dahaga dibandingkan tahun kemarin. Dan, banyak pula yang mengira bahwa mereka tipis imannya. Buka cuma itu, sbentar lagi bakal lebih ramai lagi karena ada tontonan mengerikan.

''hoi, gembel, masihkah baju itu kau kenakan...'' Bukan bertanya, tapi mencerca! Cercaan dari hati yang paling dalam!!!

Tidak ada komentar: