Jumat, 13 Maret 2009

BERBURU

selama di kampung, kesenangan lama kembali lagi. setiap senja ku bawa senapan angin 4.5 dari ayah. kada berburu burung tekukur atau galejra. sangat menyenangkan.

kakak ku berburu di kebun menunggu tekukur yang terbang dari buruanku di kebun bagian selatan. wah..alhamdulillah..tiap kali berburu..emm..tak satupun kami dapat.

...

suatu sore, sehari sebelum ke bandung. "iya...menembaki burung kecil di ujung kampung untuk pakan elang peliharaan..hehehe". aku tercenung memikirkan yang kalimat itu. burung kecil yang ia maksud adalah burung galejra.

yang ku ingat "kejam memang hukum rimba. yang lemah terancam binasa senantiasa". ku katakan itu ketika menyaksikan sebuah acara satwa di sebuah TV. ku saksikan bagaimana harimau memangsa; dan elang dengan cakap memangsa ular. hadir kengerian dalam perasaan ketikan itu.

tak disadari, aku lebih kejam rupanya. mengurung sang elang dan menembaki galejra untuk pakannya. menyadari itu, ada dorongan untuk segera bermudlu, kemudian dengan gelisah aku mengingat-ingat segala kekejaman

1 komentar:

aisya mengatakan...

...aku ta pernahbegitu memerhatikan laku binatang.hanya keelokan orchids atau keajaiban kantung semar yg ta pernah luput dari kejapan mata. sepanjang susuran sungai dan bebukit yang kujejak
tapi aku mengerti, dia seperti halnya kita yg memiliki hati.mereka menyayangi dan ingin dimanjakan.
dilubang ventilisi 50 x 10 cm diatas kamar tidurku adalah tempat si burung mungil yg entah kpn, knp dan ada apa tiba2 muncul dan menjadi penghuni baru rumahku.kami ta memberinya sangkar karna ia minta kebebasan pada kami.hasilnya, disetiap sudut rumahku ta pernah bersih dari kotorannya.cuma abangku yg paling setia memerhatikan geraknya. bukan aku..haha lihat betapa ego nya aku.
suatu hari dalam karamaian acara makan malam, si mungilpun meminta diperhatikan.ia berkepak kesamping, kedepan, merontokkan bulu bulu halusnya. sesekali ia menggoda ibuku...asyiknya malam itu.
sayangnya ia tak pernah mengerti bahwa kelincahannya malam itu meninggalkan banyak kotoran, yg mengganggu.dengan agak marah, dipaksanyalah ia keluar dengan tongkat.oleh abangku...
..dan ia benar2 keluar, ta pernah kembali.ia keluar oleh orang yg justru paling peduli dengan keberadaan si mungil dirumah kami.
ugh...penyesalan tiada habis dalam pikir abangku..
aku melihat abangku bisa menangis,.menangisi kepergian si mungil yg menyisakan telur yg belum sempat ia erami..