Senin, 23 Maret 2009

JANGAN COBA LUPAKAN

kebiasaan orang kebanyakan bila kenangan pilu dilupakan. bahkan, ketika kita ceritakan kegetiran perasaan atau pikiran kita kepada teman atau sahabat, mereka seringkali menyarankan supaya kita me"lupakan"nya. itu umumnya.

terkadang, kita pun ingin melupakan kenangan yang kita anggap sebagai kenangan menyakitkan perasaan atau memalukan. melupakannya dianggap sebagai jalan menuju ketenangan. itu nyaris terjadi pada setiap orang. meskipun kita (sempat) percaya bahwa "pengalam adalah guru terbaik". tetapi, ketika kegetiran datang menaungi perasaan, kita dengan susah payah mencari jalan "bagaimana melupakannya.

sikap seperti itu merupakan sikap berlebihan.

aku setuju (sangat) dengan pernyataan disebut di atas. coba kita perhatikan anjuran sang Nabi saw, bahwa muslim (pada masa beliau) mesti menguasai ilmu memanah. nah..dalam menggunakan senjata itu, kita mesti menarik panahnya kebelakan untuk mendapat kekuatan meluncur ke depan. semakin jauh menariknya, maka semakin jauh jangkauannya. (tapi bila berlebihan menariknya, itu akan mematahkan busurnya)

pelajaran yang dapat kita peroleh dari anjuran Nabi saw itu, selain keterampilan menggunakan senjata, kita dapat menerapkannya dalam kerangkan penalaran. demikian, maka apapun yang sempat tercerap dalam benak : baiknya senantiasa diingat. tujuannya untuk dapat meramalkan : apa yang sebaiknya kita lakukan kini supaya nanti mendapat kebaikan yang kita harapakan

2 komentar:

aisya mengatakan...

hmmm...
betul tuh...
maafkan bila ms lalu itu menyakitkan, lalu setelahnya kita harus kembali tegar...
waktu tak bs berbalik mundur, dan kesempatan mengajak kita berlari, terkadang sangat cepat...
jk begitu, ms lalu akan mjd kawan, bukan lawan :)

Anonim mengatakan...

ya..tekadang sangat cepat. sangat. bahkan seringkali kita terseret sebab kelelahan. ;)