Jumat, 20 Maret 2009

PESANTREN SEBAIKNYA: SEPERTI MEMANAH

Ada hal yang sangat penting sebelum kita bicarakan "pesantren masa depan". Dan sayang sekali, ini biasa diabaikan oleh kita.

Dalam suatu perbincangan, seorang Kyai mebicarakan kisah perjuangan Muslim semasa Nabi saw. Rada lama dia berkisah sambil diselingi beberapa pertanyaan dari yang turut dalam perbincangan itu. Ditengah penjelasannya menjawab partanyaan seorang kawan, Kyai mengangkat tangan seraya hendak menghitung. aku pernah mendengar bahwa ada tiga keterampilan yang mesti dikuasai Muslim "pertama, harus menguasai ilmu berkuda; kedua, berenang; ketiga, memanah".

Gumam benakku bertanya pada diri "apa gunanya di zaman ini? kan, ada kendaraan bermotor dan perahu. Sekarang juga ada senapan!"

Dua minggu masih terngiang. Dan tetap, pertanyaannya sama. "haaah..." aku tertarik pada 'memanah' sebagai keterampilan yang di ceritakan Kyai sebagai anjuran Nabi saw. Aku perhatikan cuplikan di TV, dalam suatu berita olahraga, bagaimana orang memanah.

"ooo...ya...". entahlah, aku sambung-sambungkan 'cara memanah' dengan 'cara membangun suatu konsep.

Ingatanku berkelana lagi. Sampailah pada masa ketika aku iseng-iseng bicarakan mengenai kepesantrenan. seingatku, aku mulai pembicaraan itu dengan "aku heran dengan pendidikan di kita ini". Aku teringat pada teori-teori yang dikenalkan dosen-dosen ketika kuliah. huwh...selalu dari Barat (aku pun kurang mengerti, mengapa dengan kata 'barat' untuk menunjuk yang namanya Amerika). "Padahal, kita telah mapan dengan konsep 'padepokan', atau 'pesantren'?".

Teman-teman yang belum sempat memikirkan masalah itu (mungkin), cuma colohok menunggu penjelasan. "Kalian tentu tahu, bahwa dalam sejarah Nusantara, yang kita sebut Indonesia ini, pesantren merupakan pola pendidikan kedua setelah yang disebut 'padepokan'".

"padepokan?" seorang teman bertanya seraya kepada sendirinya. Teman lainya mejelaskan tentang padepokan sebagai tempat orang belajar Sein Bela Diri. "macam pecak silat gitu" lanjutnya.

"tidak saja bela diri. Tetapi ilmu kebatinan juga dipelajari. Maksudnya ilmu keagamaan" tukas ku. "dan juga kemasyarakatan. singkatnya, yang belajar dipadepokan harus bisa menjadi teladan bagi masyarakat dimana si santri, sebagai murid padepokan, beada".

teman ditentangku langsung nyahut. "ooo...jadi pesantren tuh berasal dari kata santri!".

"kira-kira begitu", aku menanggapi.

"jadi pesantrennya?". teman di sampingku bertanya yang nampaknya kepada semua yang ada.

"setahuku, pesantren bermula dari kesadaran bahwa suatu masyarakat membutuhkan pendidikan keagamaan. sekarang konteknya agama islam. itu sudah identik. Kesadaran itu dapat muncul dari seorang atau sekelompok Kyai, atau dari tokoh masyarakat yang rajin mengamati kenyataan sekeliling".

"apakah itu artinya bahwa pesantren itu anak kandung masyarakat? begitu?

"katakanlah begitu. yang pasti, semangat yang hadir pada mulanya adalah memperbaiki kehidupan masyarakat. Kan, pesantren juga dapat disebut sebagai kelompok. Dan kelompok dalam suatu masyarakat adalah bagian tak terpisahkan".

"terus..." sambung teman disebelah kiri. Nampaknya ia masih penasaran menyoal 'pesantren', 'kelompok masyarakat', 'cerita padepokan' dan 'arti penting pesantren dalam pembangunan masyarakat. tapi jam kuliah telah tiba.

"sudah..kita sambung nanti. sekarang saatnya mendengarkan cerita dan sang dosen".

kami bubar dengan seruputan kopi terakhirku.


.

1 komentar:

aisya mengatakan...

kita berhutang pada waktu
utk melanjutkan mimpi ttg masa depan, atau hanya sekedar cerita ttg mimpi sekolah....
semoga waktu mengingatkan janji kita..

(kuliah "pesantren" yg lum selesai kau jelaskn)