tadi kami berbincang tentang 'sederhana' dan 'kesederhanaan. aku teringat masa SMA ku: guru bahasa Indonesia ku menugasi kami untuk menuliskan pengertian 'sederhana' menurut kami. kemudian kami di suruh membacakannya bergiliran di depan teman-teman sekelas. aku masih ingat pendapatku waktu itu: "sederhana adalah cara hidup seadanya, seperlunya, secukupnya".
kawanku mengingatkan lagi pada tema itu. akhir smester empat, aku diskusi dengan beberapa teman beda unversitas tentang 'kesederhanaan'. pendapatku ketika itu: "kesederhanaan, sebagai kata sifat, iaitu menunjuk suatu keadaan sikap dan atau perilaku yang tidak berlebihan; tidak terikat oleh sesuatu secara mutlak; senantiasa secukupnya atau seadanya". pendapatku kali ini rada panjang. dan jujur saja, aku pun merasa bahwa pendapatku ngejelimet, tidak gamblang.
suatu kali kawanku ceritakan keadaan kampungnya, di kabupaten natuna. "di sana semuanya pake .... (TV kabel), bang. bukan gaya-gaya, bang, tapi kalo ga pake gituan ga bakalan ke tangkep siarannya" jelasnya sambil tertawa. ku pikir, kesederhanaan pun tidak diukur dengan ragam rupa kebendaan (harta benda), tetapi lebih diukur oleh pemenuhan kebutuhan, termasuk caranya.
sikap sederhana akan mengarahkan kita pada pertanyaan: apa perlunya? atau apa manfaatnya? dan sikap sederhana akan senantiasa membimbing kita menuju perilaku sederhana sehingga kita dalam kesederhanaan.
akhirnya, kesimpulan ku kini tentang 'kesederhanaan' dan 'sederhana' tetap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar